rfadilah wrote:wah.... kalo hukum jamaah buat perempuan gimana donk????
Terdapat beberapa pengkecualian dan pengkhususan. Di antara pengkhususan itu adalah tidak diwajibkannya shalat berjama’ah bagi wanita. Hal itu sesuai dengan Ijma’ (kesepakatan) Ulama. Adapun dibolehkannya mereka ikut serta dalam shalat berjama’ah bukan bererti merupakan kewajipan bagi mereka sebagaimana yang telah dikatakan oleh Abu Muhammad bin Hazm rahimahullah; “Adapun bagi wanita maka hukum menghadiri shalat berjama’ah adalah tidak wajib.”(Lihat Al Muhalla 4:196)
Sebaliknya wanita dianjurkan untuk shalat di rumahnya kerana fadhilah (keutamaan)nya lebih besar dibandingkan dengan shalat berjama’ah di masjid. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda kepada seorang wanita :
“Shalat di kamarmu lebih utama daripada shalat di rumahmu. Shalat di rumahmu lebih utama daripada shalat di masjid kaummu” (HR. Ibnu Khuzaimah)
Hadits tersebut tidak bertentangan dengan hadits yang berbunyi:
“Shalat di masjidku lebih utama seribu shalat dibandingkan dengan shalat di masjid-masjid yang lainnya” (HR. Muslim)
Berkata Syaikh Al Albani rahimahullah : “Hadits ini tidak menafikan bahawa shalat-shalat mereka (para wanita) di rumahnya lebih utama bagi mereka, sebagaimana tidak dinafikannya pula keutamaan shalat sunnah di rumah bagi lelaki dibandingkan jika dilakukan di masjid. Akan tetapi jika dia (lelaki) shalat fardhu di salah satu masjid yang tiga (Mekah, Madinah dan Aqsha), maka mereka mendapat keutamaan-keutamaan dan kekhususan-kekhususan dibandingkan shalat di masjid-masjid lainnya, demikian pula halnya bagi wanita.” (Lihat Jilbab Al Mar’ah Al Muslimah :156)
Di dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Janganlah kalian melarang wanita-wanita kalian (untuk pergi ke) masjid dan rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka” (HR. Ibnu Khuzaimah)
Berkata Imam Asy Syaukani rahimahullah ketika menjelaskan lafadz “Rumah-rumah mereka lebih utama bagi mereka“, maksudnya adalah “Shalat-shalat mereka (wanita) di rumahnya itu lebih utama bagi mereka dibandingkan dengan shalatnya di masjid. Jika mereka mengetahui yang demikian (pastilah mereka tidak meminta untuk keluar masjid). Akan tetapi kerana mereka tidak mengetahuinya, maka mereka (shahabiyah) meminta izin untuk keluar ke masjid dengan berkeyakinan bahwa pahalanya lebih banyak daripada shalat di rumahnya”(Lihat Nailul Authar 3:131).
Dari riwayat-riwayat di atas, para ulama mengistinbatkan hukum bahawa shalat wanita di dalam rumahnya lebih utama daripada shalat di masjid. Walaupun demikian mungkin akan timbul dalam benak kita suatu pertanyaan: “Manakah yang lebih utama, wanita shalat di rumahnya dengan berjama’ah atau shalat sendiri. Dan apakah shalat jama’ahnya akan mendapatkan seperti apa yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam (yakni lebih utama 27 darjat)?” Untuk menjawab pertanyaan ini terlebih dahulu kita melihat syarah hadits “Shalat berjama’ah lebih utama dibandingkan shalat sendiri dengan dua puluh lima (dalam riwayat lain dengan dua puluh tujuh) darjat. ” Apakah hadits tersebut bersifat umum bagi lelaki dan wanita?”
Syaikh Al Albani memberi komentar kepada hadits ‘Aisyah dan Ummu Salamah yang mengimami para wanita di dalam shalat dengan perkataan beliau sebagai berikut : “Atsar-atsar ini baik untuk diamalkan, lebih-lebih jika dihubungkan dengan keumuman sabda Rasulullah bahawa para wanita itu serupa lelaki ‘. Namun penyamaan ini di dalam hal berjama’ah bukan di dalam keutamaan yang dua puluh lima atau dua puluh tujuh darjat.”
Daripada keterangan di atas, maka keutamaan dua puluh lima dan dua puluh tujuh darjat itu khusus untuk shalat jama’ah yang dilakukan di masjid, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Hajar : “Bahkan yang paling jelas adalah bahawa darjat yang disebutkan itu khusus bagi jama’ah di masjid” (Lihat Fathul Bari 2:159). Hal ini berdasarkan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang ertinya: “Shalat seorang dengan berjama’ah dilipat gandakan ke atas shalatnya di rumahnya dan di pasar dengan dua puluh lima kali ganda. Hal ini dia perolehi apabila dia berwudhu lalu menyempurnakan wudhunya kemudian keluar menuju ke masjid. Tidak mengeluarkannya kecuali untuk shalat. Maka tidaklah dia melangkah satu langkah, kecuali diangkat baginya satu darjat dan dihapus daripadanya satu kesalahan dan tatkala dia shalat para malaikat terus menerus mengucapkan shalawat ke atasnya selama dia di tempat shalatya dengan doa: ‘Ya Allah, berilah shalawat atasnya, rahmatilah dia. Senantiasa salah seorang di antara kalian dalam keadaan shalat selama menunggu shalat” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan demikian maka shalat jama’ah wanita di rumahnya tidak termasuk dalam keutamaan itu (dua puluh lima atau dua puluh tujuh darjat), tetapi mereka mempunyai keutamaan tersendiri baik dia shalat di rumahnya dengan berjama’ah atau tidak berjama’ah hal ini lebih utama daripada shalatnya di masjid. -Wallahu a ‘lam bishawab-
oleh Abu Abdirrahman dengan Maraji’:
Jaami’ Ahkami An Nisaa’, Musthafa Al-Adawi.
Fatawa Al Lajnah Ad Daimah Lil Buhuts Al ‘Ilmiyah Wal Ifta